Lompat ke isi

Calon Arang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 13 Januari 2020 06.35 oleh 182.0.213.137 (bicara) (p)
Calon Arang, diperankan oleh Bulantrisna Djelantik

Calon Arang adalah seorang tokoh dalam cevrita rakyat Jawa dan Bali dari abad ke-12. Salinan teks Latin yang sangat penting berada di pBelanda, yaitu dalam Jurnal Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 82 (1926) halaman 110-180.

Kisah

Kisah Calon Arang mucul di masa pemerintahan Raja Erlangga(1006-1042 M) yang memerintah di Jawa Timur sejak 1021 sesuai dengan isi prasati Pucangan (Calcutta). Erlangga adalah putra Udayana, seorang bangsawan dari Kamboja yang kemudian menikah dengan Putri Mahendradata di Bali .

Saat memerintah Erlangga beberapa kali pemindahan kerajaan akibat serangan musuh. Salah satunya diterangkan dalam Prasasti Terep (1032 M) menyebutkan raja Airlangga lari dari istananya di Watan Mas ke Patakan karena serangan musuh.

Airlangga pernah memerintah di Daha Kediri, seperti tertulis dalam serat Calon Arang .

Dalam masa pemerintahan di Daha, Airlangga banyak mendapat cobaan antara lain dari janda sakti asal Desa Girah atau Gurah yang bernama Calon Arang,yang tak lain adalah Istrinya sendiri.

Dikisahkan saat itu Calon Arang marah dikarenakan anak perempuannya yang bernama Ratna Manggali tidak ada yang melamar ketika menginjak dewasa. Ketidakberanian pemuda-pemuda kala itu dikarenakan kesaktian Calon Arang yang dikenal bengis. yang di tebar dan di sebarkan berita tersebut oleh Prabu Airlangga sendiri ,

Mengetahui hal ini, Calon Arang marah dan menenung rakyat sebagai hukuman.

Calon Arang adalah penganut Bhairawa (salah satu sekte spiritual di tanah jawa dan penganut pemujaan Hyang Behtari Durga .

Atas kejadian tak ada pemuda-pemuda yang melamar anaknya di sertai fitnah dari sang Prabu ,kemudian dia melakukan ritual memohon berkah dan restu serta kekuatan kepada Hyang Behtari Durga dan oleh Hyang Behtari Durga ritualnya dikabulkan dan dia mampu menurunkan wabah penyakit ke seluruh wilayah dan rata-rata yang terkena penyakit kutukannya pasti mati. Banyaknya korban membuat Raja Airlangga memikirkan jalan keluarnya. Salah satunya adalah dikirim bala tentara untuk menumpas Calon Arang.

Namun usaha itu gagal karena Calon Arang terlalu sakti. Serangan itu malah membuat kemarahan Calon Arang semakin menggebu-gebu.

Hingga kemudian sang Raja Airlangga mendapat petunjuk. Empu Baradah, salah satu penasehat Raja Airlangga yang berkedudukan di Lemah Tulis (di wilayah barat Kota Kediri yang berbatasan dengan Gunung Wilis), bisa mengalahkan Calon Arang .

Salah satu strategi yang dilakukan Mpu Bharadah menurut Ki Tuwu adalah perkawinan politik yang tujuannya adalah menggerogoti dari dalam keluarga Calon Arang, yakni mengawinkan muridnya yang bernama Mpu Bahula dengan Ratna Manggali. “Dikisahkan bahwa lamaran diterima oleh Calon Arang lalu kawinlah Bahula dengan Ratna Manggali dan tinggallah Bahula di rumah mertuanya.

Dari Ratna Manggali itu Bahula tahu bahwa Calon Arang selalu membaca kitab dan tiap malam melakukan ritual angker yakni kuburan. Setelah tinggal beberapa di rumah mertua, Bahula hingga akhirnya banyak mendapat informasi soal ritual yang ia lakukan. Bahula juga berhasil menunjukkan kitab Calon Arang kepada Empu Baradah. Setelah dibaca dan berhasil dipelajari, akhirnya Empu Baradah memerintahkan Mpu Bahula kembali ke rumah mertuanya sebelum diketahui karena sempat mencuri kitabnya.

Saat itu Mpu Bharadah juga menyusul ke Girah. Dia juga menyembuhkan beberapa orang yang terkena kutukan dari Calon Arang. Hingga akhirnya bertemulah Mpu Bharadah dengan Calon Arang di daerah Girah. Empu Baradah memperingatkan Calon Arang agar menghentikan kutukannya kepada penduduk. Janda itu mengakibatkan terlalu banyak kesengsaraan yang diderita oleh rakyat.

Di akhir cerita Calon Arang dihidupkan lagi oleh Mpu Bharadah untuk diberi ajaran kebenaran agar bisa mencapai moksa. Calon Arang bahagia karena sang pendeta mau mengajarkan jalan ke surga.

Sekedar diketahui Naskah lontar yang berisi Cerita Calon Arang itu ditulis dengan aksara Bali Kuna dan saat ini tersimpan di Perpustakaan Koninklijk Instituut voor Taal – Land – en Volkenkunde van Ned. Indies di Leiden, Belanda.

Jumlahnya empat naskah, masing-masing bernomor Godex Oriental 4561, 4562, 5279 dan 5387 (vlihat Catalogus Juynboll II. P. 300-301; Soewito Santoso 1975; 11-12). Meskipun aksaranya Bali Kuna, tetapi bahasanya Kawi atau Jawa Kuna.

Naskah yang termuda no. 4561, beberapa bagian dari naskah 4562-5279 dan 5287 tidak lengkap sehingga dengan tiga naskah ini dapat saling melengkapi. Sebenarnya naskah no. 5279 dan 5287 merupakan satu naskah; naskah no. 5279 berisi ceritera bagian depan, sedangkan no. 5387 berisi ceritera bagian belakang. Naskah tertua no. 5279 berangka tahun 1462 Saka (1540 M).

Perkembangan kisah

Cerita ini dapat dibagi dalam beberapa babak:

Prolog

Pada mulanya suasana di wilayah Kerajaan Daha (Kadiri) sangat tentram. Raja di Daha bernama Erlangga. Di sana hidup seorang janda, yang bernama Calon Arang, yang mempunyai anak yang cantik, yang bernama Ratna Manggali. Mereka berdua tinggal di desa Girah, di wilayah Kerajaan Daha.

Awal Permasalahan

Meskipun cantik, banyak pria di kerajaan tersebut yang tidak mau meminangnya. Ini disebabkan oleh ulah ibunya yang senang menenung. Hal ini menyebabkan kemarahan Calon Arang. Oleh sebab itulah dia membacakan mantra tulah, sehingga muncul mala-petaka dahsyat melanda desa Girah, dan pada akhirnya melanda Daha. Tulah tersebut menyebabkan banyak penduduk daerah tersebut sakit dan mati. Oleh karena tulah tersebut melanda Daha, maka Raja Airlangga marah dan berusaha melawan. Namun kekuatan Raja tidak dapat menandingi kesaktian Calon Arang, sehingga Raja memerintahkan Empu Baradah untuk melawan Calon Arang.

Siasat Empu Baradah

Untuk mengalahkan Calon Arang, Empu Baradah mengambil siasat. Dia memerintahkan muridnya, Bahula, untuk meminang Ratna Manggali. Setelah menjadi menantu Calon Arang, maka Bahula mendapatkan kemudahan untuk mengambil buku mantra Calon Arang dan diberikan kepada Empu Baradah.

Epilog

Setelah bukunya didapatkan oleh Bahula, Calon Arang pun ditaklukkan oleh Empu Baradah.

Analisis

Seringkali di dalam dunia cerita ini hanya disoroti tentang kekejaman dan kejahatan Calon Arang. Dalam perspektif kesejarahan, tokoh Calon Arang atau Rangda dikaitkan dengan tokoh Mahendradatta, ratu Bali dari Jawa, sekaligus ibunda raja Airlangga. Calon Arang digambarkan sebagai nenek sihir yang mempunyai wajah yang seram. Akan tetapi, dewasa ini muncul analisis-analisis yang lebih berpihak kepada Calon Arang. Dia adalah korban masyarakat patriarkal pada zamannya. Cerita Calon Arang merupakan sebuah gambaran sekaligus kritik terhadap diskriminasi kaum wanita.[1]

Media lainnya

Pada tahun 1985, sutradara Indonesia, Sisworo Gautama Putra mensutradarai film "Ratu Sakti Calon Arang". Film ini dibintangi oleh Suzanna dan Barry Prima.

Referensi

  1. ^ Toeti Heraty (2012). Judul Calon Arang (dalam bahasa Indonesia). Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 9789794618332. 

Pranala luar