Saur Sepuh V: Istana Atap Langit
Saur Sepuh V: Istana Atap Langit | |
---|---|
Sutradara | Torro Margens |
Produser | Hasok Soebroto |
Ditulis oleh | Niki Kosasih |
Pemeran | Murti Sari Dewi Fendy Pradana Elly Ermawati Candy Satrio Golden Casmara Hans Wanaghi Agus Kuncoro Baron Hermanto Lamting Yoseph Hungan Bambang Setiawan Ken Sukendro Gito Gilas Fitria Anwar |
Sinematografer | Tantra Surjadi |
Penyunting | Syarifuddin |
Distributor | Kalbe Farma |
Tanggal rilis | 1992 |
Durasi | 79 menit |
Negara | Indonesia |
Saur Sepuh V: Istana Atap Langit adalah film aksi laga fiksi kolosal tahun 1992 dari Indonesia yang disutradarai oleh Torro Margens dan dibintangi oleh Murti Sari Dewi dan Fendy Pradana. Film ini dibuat berdasarkan sandiwara radio Saur Sepuh yang populer di Indonesia tahun 1980-an karya Niki Kosasih, berlatar nusantara pada zaman kerajaan Majapahit setelah masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk.
Pemeran
[sunting | sunting sumber]- Fendy Pradana sebagai Brama Kumbara
- Elly Ermawati sebagai Mantili
- Murti Sari Dewi sebagai Lasmini
- Candy Satrio sebagai Bentar
- Agus Kuncoro sebagai Wanapati
- Fitria Anwar sebagai Harnum
- Lamting
- Gito Gilas
- Baron Hermanto
Sinopsis
[sunting | sunting sumber]Biksu Kampala (Golden Kasmara) dan Biksu Targhu (Hans Wanaghi) berkelana untuk belajar sekaligus menjajal kemampuan silat di negeri-negeri yang disinggahi. Sesampai di Malaka, mereka berjumpa dengan Datuk Saluntung (Baron Hermanto) dan istrinya Lasmini (Murti Sari Dewi). Ketika mendengar bahwa kedua biksu itu ingin berjumpa dengan Brama Kumbara (Fendy Pradana), maka tergugah dendam Lasmini. Di Jawadwipa kedua biksu pertama kali bersamprokan dengan murid Lasmini. Terjadi perkelahian. Lalu muncul Lasmini yang memerintahkan dua muridnya agar melapor pada Brama. Berita Lasmini bersekongkol dengan dua biksu membuat dua pengikut Brama marah (kijara dan lugina), tetapi dengan mudah mereka dikalahkan. Maka kini giliran Mantili (Elly Ermawatie) yang marah. Lasmini tidak dijumpai, karena setelah bentrok dengan kedua biksu itu dan kalah, ia menghilang. Brama menerima ajakan kedua biksu yang jauh-jauh ingin jajal ketrampilan. Tiga hari tiga malam mereka bertarung tanpa ada yang menang.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Laman Saur Sepuh V[pranala nonaktif permanen], diakses pada 15 Februari 2010
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]