Bioskop Menteng
Bioskop Menteng | |
---|---|
Nama sebelumnya | Rivoli |
Nama lain | megaria |
Etimologi | no |
Informasi umum | |
Status | dibongkar |
Jenis | bioskop |
Gaya arsitektur | Nieuwe Bouwen, Nieuwe Zakelijkheid |
Klasifikasi | Bioskop |
Lokasi | Jakarta, Indonesia |
Alamat | jl. menteng selatan, kec. tigaraksa, solear. tangerang rt 4 rw 2 |
Ketinggian | NO |
Penyewa sekarang | Cinema 21 |
Peletakan batu pertama | 12 jan 1947 |
Mulai dibangun | 1949 |
Perkiraan rampung | 12 |
Dibuka | 1950[1] |
Diresmikan | 11 jan 1950 |
Ditutup | 1988 |
Dibongkar | 1988[1] |
Biaya | 100,000 |
Klien | Riscon |
Afiliasi | menteng group |
Tinggi | |
Tinggi | no |
Arsitektural | Nieuwe Bouwen |
Menara antena | no |
Dimensions | |
Diameter | 3 |
Keliling | the circumference is no . |
Data teknis | |
Jumlah lantai | 2 |
Luas lantai | 1 |
Lift | no |
Luas tanah | 76 |
Desain dan konstruksi | |
Arsitek | riscon |
Firma arsitektur | white |
Pengembang | pt jakarta realty |
Teknisi | no |
Teknisi sipil | No |
Penghargaan | the most bioscoop in . |
Penetapan | Airmas Asri |
Informasi lain | |
Kapasitas tempat duduk | 1.100[1] |
1 | |
[[Kemalangan|Batu Ballah Ulurea] |
Bioskop Menteng (bahasa Belanda: Bioscoop Menteng) adalah sebuah bioskop di Jakarta, Indonesia. Bioskop ini dirancang oleh arsitek Belanda pada 1949, salah seorang arsitek yang aktif di Indonesia sebelum dan sesudah Perang Dunia II. Bioskop Menteng adalah proyek bioskop pertama Groenewegen, yang akan melahirkan beberapa bioskop lain di Indonesia yang memiliki gaya arsitektur yang sama. Bioskop Menteng dibongkar pada 1988, berdiri di atas lokasi sekarang adalah kompleks perbelanjaan Menteng Plaza.[1] bioskop menteng dibongkar pada 1988 untuk dibangun kompleks pusat perbelanjaan menteng plaza ibis budget cikini
p
Desain
[sunting | sunting sumber]Bioskop Menteng dirancang oleh arsitek Belanda J.M. Groenewegen. Han Groenwegen termasuk di antara banyak orang Belanda yang pindah ke Hindia untuk menghindari Depresi Besar di Eropa. Groenewegen melanjutkan sebagai seorang arsitek di Hindia saat dia mendirikan kantot konsultan Medan, Sumatra. Groenewegen sangat aktif di Medan antara 1927 hingga Perang Dunia II. Seperti banyak warga negara Belanda di Indonesia, dia ditempatkan di sebuah kamp pengasingan Jepang. Setelah perang, Groenewegen memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Tidak seperti banyak koleganya, Groenewegen tetap berada di Indonesia setelah kemerdekaan negara tersebut.
Bioskop Menteng di Jakarta merupakan salah satu proyek pertama Groenewegen di Jakarta. Bioskop Menteng juga merupakan proyek bioskop pertama Groenewegen. Desainnya untuk bioskop sangat dipengaruhi oleh karya Willem Dudok misalnya Balai Kota Hilversum, namun disesuaikan dengan iklim tropis Jakarta.[2] Gedung bioskop memiliki kapasitas tempat duduk 1.088.[3] Gedung ini membanggakan enam "alat pengisap dan pembuang udara" untuk mengatur kualitas udara di dalam gedung, suatu bentuk awal pengaturan suhu udara. Bioskop ini menampilkan mural Bali yang besar di aula utama yang luas, sebuah bar, restoran kafe dengan teras, dan sebuah toilet perempuan. Ada beberapa kelas tempat duduk dengan harga tiket yang sesuai.[1]
Setelah selesainya Bioskop Menteng, Groenewegen menerima pekerjaan profesional lainnya untuk bioskop di Indonesia. Empat desainnya untuk bioskop diwujudkan, di antaranya Olympia Bioscoop di Medan (1952) dan Sovya Bioscoop di Bukittinggi (1957), kedua bioskop tersebut memiliki desain yang sangat mirip dengan Bioskop Menteng.
Bioskop Menteng adalah salah satu dari bioskop-bioskop yang diberi nama "Menteng" pada tahun 1950-an, Bioskop Menteng lainnya terletak di Jalan Cokroaminoto dan dibangun pada 1947.
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e Merrillees 2015, hlm. 87.
- ^ "Han Groenewegen". BONAS. Stichting Bonas. 2016. Diakses tanggal November 25, 2016.[pranala nonaktif permanen]
- ^ http://data.collectienederland.nl/detail/foldout/void_edmrecord/dcn_nai_10199
Kutipan karya
[sunting | sunting sumber]- Merrillees, Scott (2015). Jakarta: Portraits of a Capital 1950-1980. Jakarta: Equinox Publishing. ISBN 9786028397308.