Erich Fromm
Erich Seligmann Fromm | |
---|---|
Lahir | March 23, 1900 Frankfurt am Main, Germany |
Meninggal | 18 Maret 1980 Muralto, Ticino, Switzerland | (umur 79)
Era | 20th century |
Kawasan | Western philosophy |
Aliran | Sekolah Frankfurt, teori kritis, humanistic psychoanalysis, Yudaisme Humanis |
Minat utama | Humanisme, Social theory, Marxisme |
Gagasan penting | Being and Having Modes of Existence, Keamanan melawan Kebebasan, Social character, Character orientation |
Dipengaruhi |
Erich Pinchas Fromm (23 Maret 1900 – 18 Maret 1980) merupakan seorang psikologi sosial, psikoanalis, sosiologi, humanisme, sosialis demokrat dan filsuf berkebangsaan Jerman. Dia merupakan asosiasi untuk Sekolah Frankfurt untuk teori kritik.
Dia dilahirkan di Frankfurt am Main. Erich Fromm pertama kali belajar pada tahun 1918 di Universitas Goethe Frankfurt untuk semester dua di yurisprudensi. Pada musim panas 1919, Fromm studi di Universitas Heidelberg di fakultas sosiologi.
Dia merupakan anggota Partai Sosialis Amerika pada era 1950-an.
Erich Pinchas Fromm adalah anak tunggal yang dilahirkan dari pasangan suami istri Naphtali Fromm dan Rosa Krause. Ayahnya lahir pada tanggal 30 November 1869 dan adalah seorang Yahudi Ortodoks dan introvert. Pekerjaan ayahnya adalah sebagai seorang pedagang anggur yang notabene kurang sukses. Sementara ibunya adalah seorang yang energik, narsistis dan depresif. Keadaan dan kepribadian orang tuanya menjadikan masa kanak-kanak Erich Fromm tidak menyenangkan dan tidak membahagiakan.Ketika berusia 12 tahun, Erich Fromm mengalami suatu pengalaman yang traumatis karena menyaksikan secara langsung seorang wanita berbakat dan cantik yang dicintainya melakukan bunuh diri. Karena keterikatan dengan ayahnya, maka wanita itu nekat membunuh diri dengan alasan tidak mau terpisahkan dan akan tetap bersatu bersama ayahnya dalam kematian. Kejadian itu membuat Erich Fromm sangat terpukul sebab wanita yang ia cintai telah pergi.[1]
Pada tahun 1926, Erich Fromm menikahi seorang wanita bernama Frieda Reichmann. Istrinya adalah seorang psikoanalis. Saat itu pula Erich Fromm menjadi seorang psikoanalis dan telah bekerja sama di sebuah klinik pribadi di Heidelberg. Pada dasawarsa terakhir hidupnya yakni sekitar tahun 1970, Erich Fromm bersama istrinya tinggal di Cuernavasa, Meksiko. Dan pada tahun 1974, ia pindah ke Muralto, Swiss. Erich Fromm menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 18 Maret 1980 di rumah kediamannya, hanya terpaut lima hari dari ulang tahunnya yang ke-80.[2]
Banyak yang Erich Fromm pelajari setelah meninggalkan kedua orang tuanya, seperti psikologi, filsafat dan terutama ilmu sosiologi ketika berada di Universitas Heidelberg. Fromm menjalin suatu hubungan yang akrab dengan Alfred Weber, seorang psikolog yang kepribadiannya terasa mesra dan human. Ketika berada di Universitas Heidelberg Frankfurt, Erich Fromm banyak menghabiskan waktu untuk membaca buku tentang sosiologi dan psikologi. Fromm juga mempelajari karya ahli-ahli terkemuka dalam bidang ekonomi, sosial dan politik seperti Karl Marx, Max Weber, Herbert Spencer, Charles Darwin dan Sigmund Freud. Setelah meraih gelar Doktor, ia belajar psikoanalisis di Munich dan pada Institut Psikoanalisis Berlin yang sangat terkenal. Erich Fromm berpikir bahwa mungkin dengan ini, ia sudah menemukan jawaban dari irasionalitas manusia dalam karya-karya Sigmund Freud, namun sesungguhnya hal itu tidak memuaskannya.[3]
Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Fromm menempuh pendidikan di Universitas Heidelberg, Universitas Goethe Frankfurt dan Universitas Munich. Bidang yang ditekuninua adalah psikologi dan sosiologi. Pada tahun 1922, ia memperoleh gelar Doktor Filsafat dari Universitas Heidelberg. Setelahnya, Fromm mulai mempelajari psikoanalisis secara serius di kota Munich dan di Institut Psikoanalisis Berlin.[4]
Pemikiran psikologi
[sunting | sunting sumber]Psikologi sosial
[sunting | sunting sumber]Erich Fromm merupakan salah satu pendukung psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia mencetuskan teori psikologi sosial yang membahas psikologi dari sudut pandang psikonalisis. Meskipun pemikirannya dipengaruhi oleh Freud, Fromm memiliki beberapa gagasan yang berbeda dengan Freud. Salah satunya adalah mengenai pendapat Freud yang menyatakan bahwa insting kematian merupakan salah insting dari manusia. Fromm menetapkan dua jenis insting manusia yang bersifat alami, yaitu insting biofilia dan nekrofilia.[5]
Psikonalisis
[sunting | sunting sumber]Erich Fromm merupakan salah satu anggota dalam mazhab Frankfurt. Psikonalisis diperkenalkan oleh Fromm kepada mazhab Frankfurt untuk memperkuat kritik ideologi mazhabnya. Fromm memberikan penjelasan mengenai alasan dari kenyataan yang menentukan kesadaran. Ia juga memberikan penjelasan mengenai kehilangan sikap ini dari kaum protelar. Ia berpendapat bahwa psikanalisis mampu menjelaskan dengan tepat hubungan antara kesadaran pikiran manusia atas kehidupannya yang berkaitan dengan materi yang nyata. Fromm juga menyatakan bahwa psikoanalisis mampu memberikan keputusan yang terbaik bagi manusia. Ia menolak bahwa keputusan psikoanalisis berlaku bagi sistem. Alasannya adalah adanya kecenderungan untuk memperlakukan segala hal sebagai objek. Kecenderungan ini berasal dari dominasi orientasi untuk menguasai segala sesuatu.[6]
Kreativitas
[sunting | sunting sumber]Fromm menetapkan bahwa tidak semua jenis kreatovitas bersifat membangun. Ada kreativitas yang sifatnya merusak. Ia menyebutkan sebuah contoh mengenai kreativitas yang merusak, yaitu pembuatan bom. Sifat kerusakan dari pengeboman menimpa manusia sendiri sebagai pelaku dan pencetus krativitas ini.[7]
Teori kepribadian
[sunting | sunting sumber]Fromm mengembangkan teori kepribadian yang menggabungkan antara sudut pandang filsafat, psikoanalisis dan psikologi sosial.[8] From mengemukakan bahwa kepribadian individu ditentukan oleh pengaruh kekuatan dan peristiwa sejarah yang bersifat luas. Ia meyakini bahwa kepribadian yang berbeda akan terbentuk pada individu-individu di suatu periode sejarah yang berbeda. Kepribadian ini juga dapat terbentuk akibat dari adanya tipe karakter tertentu yang dibutuhkan oleh periode zaman tertentu.[9]
Fromm merupakan salah satu ilmuwan yang memberikan ciri-ciri mengenai kepribadian yang sehat.[10] Ia menetapkan bahwa individu yang mampu bekerja secara produktif sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya merupakan ciri dari individu yang normal atau memiliki kejiwaan yang sehat. Penetapan ini juga berlaku bagi individu yang mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang diliputi oleh rasa cinta.[11] Fromm juga menyebutkan bahwa kepribadian yang sehat juga dimiliki oleh individu yang berkarakter produktif. Karakter ini meliputi kemampuan dalam mengembangkan potensi, bersikap mencintai dan mengasihi, kemampuan berimajinasi, serta memiliki kesadaran diri yang baik.[12]
Pemikiran sosial
[sunting | sunting sumber]Keterasingan
[sunting | sunting sumber]Erich Fromm memperkenalkan istilah keterasingan (alienasi) dalam menjelaskan pengalaman hidup manusia sebagai sosok yang merasa terasingkan.[13] Ia meyakini bahwa manusia berada dalam kondisi keterasingan di dalam masyarakat akibat dari sistem teknologi yang rasional. Keterasingan ini membuat individu merasa dirinya sendiri sebagai orang asing bagi dirinya sendiri. Sistem teknologi telah membuat manusia tidak lagi menganggap dirinya sebagai pusat dari dunia. Manusia juga sudah tidak menganggap perilakunya sebagai hasil dari perbuatannya sendiri. Perbuatan-perbuatan dan tindakannya menjadi sesuatu yang dipatuhi hingga mirip sesuatu yang disembah. Fromm mengemukakan bahwa keterasingan ini terjadi hampir di semua bidang kehidupan manusia. Mulai dari hubungan dengan dirinya sendiri, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan pola makan, hubungan dengan pekerjaan, hingga hubungan dengan negara.[14] Keterasingan ini menurut Fromm juga disebabkan oleh ketidakmampuan manusia dalam memenuhi kebutuhan manusiawinya.[15]
Karakter sosial
[sunting | sunting sumber]Karakter sosial menurut Fromm secara teori maupun umum adalah suatu sistem pengisian energi kehidupan dan élan vital. Proses pengisian energi ini dilakukan oleh individu dengan cara berhubungan baik dengan manusia lainnya. Cara lainnya adalah dengan menyesuaikan diri dengan alam untuk memenuhi kebutuhan material dengan disertai kepuasan. Menurut Fromm, karakter sosial ini merupakan sebuah sistem sehingga sifat-sifatnya berkaitan satu sama lain. Perubahan pada sifat yang tunggal hanya dapat terjadi jika sistem berubah secara utuh. Sistem karakter sosial ini menjadi acuan dasar perilaku. Individu yang satu dengan yang lainnya dibedakan berdasarkan karakter sosial yang dimilikinya. Sementara itu, Fromm menyatakan bahwa kesamaan umum dalam karakter sosial ini adalah kondisi fisiologis dasar.[16]
Teori agresi
[sunting | sunting sumber]Teori agresi yang dikemukakan oleh Fromm sangat dipengaruhi oleh buku berjudul On Agression. Buku ini merupakan karya tulis dari Konrad Lorenz. Fromm menyatakan bahwa sikap agresi manusia merupakan suatu naluri yang merupakan bawaan lahir. Sikap ini telah terprogram di dalam diri manusia secara filogenetik.[17]
Pemikiran agama dan spiritualitas
[sunting | sunting sumber]Kebutuhan akan agama
[sunting | sunting sumber]Fromm menyatakan bahwa semua manusia memiliki kebutuhan akan agama. Kebutuhan ini menyangkut perihal kebutuhan akan satu objek penyembahan yang menjadi kerangka orientasi. Dalam konteks ini, Fromm mengemukakan bahwa cinta harus menjadi kerangka kemampuan manusia dalam memahami agama. Dalam pandanga Fromm, manusia adalah makhluk religius.[18]
Spiritualitas
[sunting | sunting sumber]Pemikiran spiritualitas dari Fromm sangat sulit ditetapkan. Alasannya adalah kedekatannya dengan tokoh-tokoh dengan pemikiran yang berbeda dengannya. Selain itu, ia juga merupakan akademikus yang menekuni banyak bidang yaitu sosiologi, psikologi dan filsafat. Pemikiran spiritualitas Fromm diungkapkan sendiri oleh dirinya melalui pernyataan bahwa dia adalah seorang mistikus non-teistik.[19]
Pemikiran pendidikan
[sunting | sunting sumber]Pendidikan karakter
[sunting | sunting sumber]Erich Fromm memberikan pandangan yang bersifat kemanusiaan terhadap karakter. Ia mengemukakan bahwa karakter merupakan kondisi rohaniah yang belum selesai. Pengubahan atas karakter dapat terjadi. Sedangkan pengembangan mutunya menyesuaikan dengan proses sosial yang menjadi identitas lingkungan dari individu.[20]
Karya tulis
[sunting | sunting sumber]The Art of Loving
[sunting | sunting sumber]The Art of Loving diterbitkan pertama kali pada tahun 1956. Buku ini menjelaskan tentang dilema hubungan sosial dari sesama manusia pada masa pasca Perang Dunia II hingga masa revolusi industri ketiga. Fromm memberikan penjelasan yang menjadi penyebab dari dilema tersebut. Penyebabnya adalah kesalahan dalam memaknai cinta. Pada masa tersebut, masyarakat menganggap cinta sebagai awal dari kekecewaan dan kegagalan dan tidak menganggapnya sebagai suatu awal dari kebahagiaan dan kedamaian.[21]
You shall be as Gods: A Radical Interpretation of the Old Testament and Its Tradition
[sunting | sunting sumber]You shall be as Gods: A Radical Interpretation of the Old Testament and Its Tradition adalah karya tulis Fromm yang diterbitkan pada tahun 1966 di Kota New York oleh penerbit Fawcet Premier. Bagian epilog dari buku ini menjelaskan tentang konsep mengenai manusia dan Tuhan dalam tradisi Yahudi di dalam kitab Perjanjian Lama. Ia menyatakan bahwa terjadi empat kali pergeseran konsep mengenai Tuhan di dalam kitab ini. Tuhan awalnya dipandang sebagai Tuhan yang penuh dengan kekuasaan penuh. Kemudian pandangan ini berubah menjadi Tuhan yang berkuasa secara konstitusional. Pada konsep ini, Tuhan mematuhi prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh-Nya. Pergeseran konsep berikutnya menjadikan Tuhan tidak lagi bernama. Sedangkan pergeseran konsep terakhir menjadikan Tuhan sama sekali tidak memiliki sifat-sifat esensial.[22]
Pengaruh
[sunting | sunting sumber]Erich Fromm merupakan salah satu anggota dalam mazhab Frankfurt. Karya-karyanya berkaitan dengan bidang filsafat, sosiologi dan psikoanalisis. Dalam keilmuan, Fromm disejajarkan dengan para tokoh mazhab Frankfurt yang lainnya, seperti Max Horkheimer, Michel Foucault, Jürgen Habermas dan Theodor Adorno. Pemikiran-pemikiran Fromm bersifat lintas disiplin ilmiah. Nilai-nilai kehidupan dan masa depan kemanusiaan merupakan gagasan-gagasan kreatif yang dicetuskannya secara produktif.[23]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Cremers 2004, hlm. 3.
- ^ Sastrapratedja 1987, hlm. 27.
- ^ Schultz 1991, hlm. 62.
- ^ Sriamin, Lukman Sarosa (2010). "Pancasila Sebagai Landasan Terbentuknya "Sane Society" Fromm" (PDF). Psikobuana. 1 (2): 190. ISSN 2085-4242.
- ^ Ahmadi, Anas (2015). Psikologi Sastra (PDF). Surabaya: Unesa University Press. hlm. 42. ISBN 978-979-028-756-3.
- ^ Kumari, Fatrawati (2015). "Strategi Budaya dalam Filsafat Erich Fromm" (PDF). Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora. 13 (2): 186–187.
- ^ Rizka (2015). "Penggunaan DNA dalam Kloning Embrio Manusia dalam Pandangan Filsafat Ilmu". Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Epistemologi Ilmu Hukum: 435. ISBN 978-602-72446-0-3.
- ^ Ahmadi, Anas (2020). Menulis Mandiri: Konteks Sastra dan Psikologi (PDF). Gresik: Graniti. hlm. 18. ISBN 978-602-5811-68-5.
- ^ Hidayat, Dede Rahmat (2015). Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling (PDF). Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. hlm. 17–18.
- ^ Roqib, M., dan Nurfuadi (2020). Kepribadian Guru: Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru yang Sehat di Masa Depan (PDF). Yogyakarta: Penerbit CV. Cinta Buku. hlm. 146. ISBN 978-602-61556-9-6. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-06-16. Diakses tanggal 2022-03-11.
- ^ Purnawanti, Felisia (2016). "Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel "For the Love of My Son" Karya Margaret Davis (Kajian Kepribadian Marxian "Erich Fromm")". Basastra: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya. 4 (2): 5.
- ^ Dewi, Kartika Sari (2012). Kesehatan Mental (PDF). Semarang: UPT UNDIP Press Semarang. hlm. 75. ISBN 978-979-097-043-4. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-06-16. Diakses tanggal 2022-03-11.
- ^ Sagala, Rumadani (2018). Pendidikan Spiritual Keagamaan: Dalam Teori dan Praktik (PDF). Yogyakarta: SUKA-Press. hlm. 5.
- ^ Sutikna, Nana (2008). "Ideologi Manusia Menurut Erich Fromm: Perpaduan Psikoanalisis Sigmund Freud dan Kritik Sosial Karl Marx" (PDF). Jurnal Filsafat. 18 (2): 212.
- ^ Pamungkas. S. D., dan Alfian, I. N. (2018). "Alienasi Diri Remaja dalam Keluarga Berkarir" (PDF). Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial. 7: 41. ISSN 2301-7074.
- ^ Mappiare, Andi (2013). "Kekerasan Psiko-sosial dalam Pendidikan dan Keniscayaan Bimbingan Konseling". Jurnal Psikologi: Teori dan Aplikasi. 3 (2): 115.
- ^ Kurniawan, Eva Dwi (2017). Nekrobiopsi: Bedah Cerita Pendek dengan Teori Psikologi (PDF). Sleman: CV Komojoyo Press. hlm. 45. ISBN 978-602-60890-4-5.
- ^ Taufik, M. (2020). Fakhri, Moh., ed. Psikologi Agama: Conscientia @ Practica (PDF). Mataram: Sanabil. hlm. 103.
- ^ Yogiswari, Krisna Suksma (2021). "Konsep Ketuhanan dalam Filsafat Erich Fromm (1900-1980)". Sanjiwani: Jurnal Filsafat. 12 (1): 14.
- ^ Kosasih, Ahmad (2021). "History Learning As A Basis Of Character Education: Comparative Analysis According to Perspectives JW Foerster, Thomas Lickona and Erich Fromm". Sosio e-Kons. 3 (1): 61. doi:10.30998/sosioekons.v13i1.9404. ISSN 2085-2266.
- ^ Here, Sonia Visita (2021). "Hakekat Cinta dan Perannya bagi Etika Humanistik Erich Fromm". Syntax Idea. 3 (5): 1195. ISSN 2684-6853.
- ^ Supratiknya, A. (2002). "Tinjauan Buku: Manusia Menjadi Tuhan?" (PDF). Suksma. 1 (1): 47. ISSN 1412-9426.
- ^ Ardi, Mulia (2021). Erich Fromm dan Ketidakpatuhan Publik di Masa Pandemi Covid-19 (PDF). Jakarta Timur: Alim's Publishing. hlm. 29. ISBN 978-623-6681-28-2.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Cremers, Agus (2004). Masyarakat Bebas Agresivitas – Bunga Rampai Karya Erich Fromm. Maumere: Ledalero.
- Sastrapratedja, M. (1987). Pengantar Dalam Erich Fromm; Memiliki dan Menjadi Tentang Modus Eksistensi. Jakarta: LP3ES.
- Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius.
Bibiliografi
[sunting | sunting sumber]- Escape from Freedom (US), Fear of Freedom (UK) (1941)
- Man for himself, an inquiry into the psychology of ethics (1947)
- Psychoanalysis and Religion (1950)
- Forgotten language; an introduction to the understanding of dreams, fairy tales, and myths (1951)
- The Sane Society (1955)
- The Art of Loving (1956)
- Sigmund Freud's mission; an analysis of his personality and influence (1959)
- Psychoanalysis and Zen Buddhism (1960)
- May Man Prevail? An inquiry into the facts and fictions of foreign policy (1961)
- Marx's Concept of Man (1961)
- Beyond the Chains of Illusion: my encounter with Marx and Freud (1962)
- The Dogma of Christ and Other Essays on Religion, Psychology and Culture (1963)
- The Heart of Man, its genius for good and evil (1964)
- Socialist Humanism (1965)
- You Shall Be as Gods: a radical interpretation of the Old Testament and its tradition (1966)
- The Revolution of Hope, toward a humanized technology (1968)
- The Nature of Man (1968)
- The Crisis of Psychoanalysis (1970)
- Social character in a Mexican village; a sociopsychoanalytic study (Fromm & Maccoby) (1970)
- The Anatomy of Human Destructiveness (1973)
- To Have or to Be? (1976)
- Greatness and Limitation of Freud's Thought (1979)
- On Disobedience and other essays (1984)
- The Art of Being (1993)
- The Art of Listening (1994)
- On Being Human (1997)
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Excellent summary of Fromm's life by Rainer Funk
- Erich Fromm on the Mystical Site www.mysticism.nl
- Website der Internationalen Erich-Fromm-Gesellschaft
- Clark, Neil. "Wanted: an Erich Fromm party." Guardian Unlimited, February 20, 2007.
- Clark, Neil. "Fromm me to you ." Guardian Unlimited, December 14, 2007.
- International Foundation Erich Fromm
- Erich Fromm Interview Excerpt. youtube.com.