Final NBA 1990
Final NBA 1990 merupakan babak final yang mempertemukan juara NBA tahun sebelumnya Detroit Pistons melawan Portland Trail Blazers. Final tahun ini tercatat sebagai babak final pertama sejak tahun 1979 yang tidak melibatkan tim Los Angeles Lakers atau Boston Celtics.
Latar Belakang
[sunting | sunting sumber]Portland Trail Blazers
[sunting | sunting sumber]Terakhir kali Trail Blazers mencapai babak final NBA adalah ketika mereka memenangkan gelar juara NBA pada tahun 1977. Sejak saat itu, Blazers selalu berhasil lolos ke babak playoff setiap tahun, kecuali tahun 1982, meskipun sering terhenti di babak pertama atau kedua playoff.
Pada saat bersamaan, Portland berangsur-angsur membangun inti tim yang mengubahnya menjadi penantang serius untuk meraih gelar juara NBA dengan menambahkan pemain seperti Clyde Drexler, Terry Porter, dan Jerome Kersey melalui draft NBA serta mengontrak pemain pendukung seperti Buck Williams dan Kevin Duckworth.
Di awal musim kompetisi 1988-89, Blazers memecat pelatih kepala Mike Schuler dan menunjuk Rick Adelman yang kemudian sepanjang karier kepelatihannya berhasil memenangkan lebih dari 1.000 pertandingan musim reguler dalam 23 musim kompetisi NBA.
Memasuki musim kompetisi 1989-1990 tanpa harapan yang tinggi, Blazers mengejutkan pengamat NBA dengan meraih rekor menang kalan 59-23 dan posisi ketiga di klasemen akhir Wilayah Barat. Pada babak playoff, mereka menyapu Dallas Mavericks di putaran pertama, mengalahkan San Antonio Spurs dalam tujuh pertandingan di putaran kedua, dan terakhir mengeliminasi Phoenix Suns dalam enam pertandingan di putaran final Wilayah Barat.
Detroit Pistons
[sunting | sunting sumber]Pistons meraih gelar juara NBA pertama kali pada musim kompetisi sebelumnya. Namun, tim ini memasuki musim 1989-1990 tanpa kehadiran forward tangguh Rick Mahorn yang pindah ke Minnesota Timberwolves.
Meskipun kehilangan Mahorn, Pistons masih mampu mencatat rekor menang kalah 59-23 dan memimpin klasemen Wilayah Timur. Tanpa Mahorn, Pistons mengandalkan peraih Defensive Player of The Year Dennis Rodman untuk menjaga performa tim sepanjang tahun. Dalam perjalanan menuju babak final NBA, Pistons menyapu Indiana Pacers pada putaran pertama, mengalahkan New York Knicks dalam lima pertandingan di putaran kedua, dan mengalahkan musuh bebuyutannya Chicago Bulls dalam tujuh pertandingan di putaran final Wilayah Timur.
Ringkasan Final
[sunting | sunting sumber]Permainan | Tanggal | Tim tuan rumah | Hasil | Tim jalan | Waktu lokal |
---|---|---|---|---|---|
Game 1 | Selasa, 5 Juni | Detroit Pistons | 105–99 (1–0) | Portland Trail Blazers | 9:00 malam EDT |
Game 2 | Kamis, 7 Juni | Detroit Pistons | 105–106 PL (1–1) | Portland Trail Blazers | 9:00 malam EDT |
Game 3 | Minggu, 10 Juni | Portland Trail Blazers | 106–121 (1–2) | Detroit Pistons | 12:30 malam PDT |
Game 4 | Selasa, 12 Juni | Portland Trail Blazers | 109–112 (1–3) | Detroit Pistons | 6:00 sore PDT |
Game 5 | Kamis, 14 Juni | Portland Trail Blazers | 90–92 (1-4) | Detroit Pistons | 6:00 sore PDT |
Game 1
[sunting | sunting sumber]Blazer hingga tujuh menit tersisa berhasil memimpin dengan skor 90-80 dan tampaknya akan berhasil mencuri kemenangan tandang. Namun, setelah timeout, Isiah Thomas membuat Pistons melakukan perlawanan dengan sebuah layup dan satu tembakan lompat. Joe Dumars kemudian melengkapinya dengan tiga angka dan Aguirre berhasil melakukan rebound ofensif. Hanya dalam jangka waktu kurang dari tiga menit, Pistons berhasil menipiskan skor menjadi 92-89.
Meskipun Buck Williams berhasil menjaga jarak dengan tembakan dua angka 94-89, namun Thomas berhasil mencetak tujuh angka berturut-turut sehingga Pistons mengambil alih skor. Dengan waktu tersisa hanya 1:49 menit, Thomas mengubur mimpi Blazers dengan sebuah tembakan tiga angka untuk skor 99-94. Pistons akhirnya memenangi Game 1 dengan skor 105-99
Game 2
[sunting | sunting sumber]Meski bermain di kandang lawan, Blazers bermain sangat baik dan mampu mengendalikan permainan hingga kuarter ketiga. Namun, di belakang Bill Laimbeer, Pistons membalikkan keadaan di kuarter keempat. Laimbeer, yang hanya mencetak tujuh angka pada tiga kuarter sebelumnya, kemudian berperan besar pada kuarter keempat dan babak overtime dengan mencetak 19 angka selama 17 menit. Di dalam game ini, dia berhasil melesakkan enam tembakan tiga angka, menyamai rekor yang pernah dicetak oleh Michael Cooper - pemain Lakers - pada tahun 1987.
Pistons memimpin 94-91 hingga 49 detik terakhir. Lima detik berikutnya, Clyde Drexler berhasil mencetak satu lemparan bebas. Isiah Thomas pada waktu tersisa gagal mencetak angka penentu kemenangan hingga akhirnya pemain Blazers Terry Porter menyamakan skor menjadi 94-94 melalui dua lemparan bebas pada saat pertandingan tersisa 10 detik. Game 2 akhirnya menuju babak overtime karena Thomas gagal mencetak angka pada kesempatan terakhir.
Game 3
[sunting | sunting sumber]Satu setengah jam sebelum Game 3 dimulai, Joe Dumars mendapat berita duka. Ayahnya, Joe Dumars II, meninggal karena gagal jantung kongestif akibat komplikasi penyakit diabetes yang dideritanya. Meski sudah menduga kejadian tersebut, Dumars meminta kepada istrinya untuk tidak mengabarkan berita duka tersebut hingga pertandingan selesai. Joe Dumars II menanamkan sikap profesionalisme itu kepada Dumars sehingga istrinya pun memenuhi keinginan tersebut.
Dua tantangan harus dihadapi Pistons pada Game 3 ini. Pertama, mereka tidak pernah menang di Portland selama 17 tahun terakhir. Kedua, mereka akan bermain tanpa Dennis Rodman yang mengalami masalah di engkel kakinya.
Vinnie Johnson menyumbangkan 21 angka untuk Pistons, namun Dumars menunjukkan kapasitasnya sebagai pemain bintang di Pistons dengan mencetak 33 angka. Salah satu tembakan tiga angkanya berhasil menahan laju Blazers yang sebelumnya mampu menipiskan ketinggalkan pada skor 68-60 pada kuarter tiga.
Detroit akhirnya unggul 121-106.
Game 4
[sunting | sunting sumber]Pada kuarter pertama, Pistons mengalami masalah pada akurasi lemparan sehingga Blazers melaju 32-22. Namun pada kuarter berikutnya, Vinnie Johnson dan Joe Dumars mengambil alih dan membawa Pistons unggul 51-46 pada paro pertama. Pertahanan kuat yang dimiliki Pistons membuat Blazers hanya mencetak 14 angka pada kuarter kedua.
Pada kuarter ketiga, pertarungan ketat terjadi. Isiah Thomas mencetak 22 angka, membawa Pistons unggul 81-65 namun pada delapan menit berikutnya Blazers seperti tersentak dan menjalankan permainan yang membawa mereka hingga final NBA ini. Blazers melaju dengan perbandingan angka 28-11, diakhiri dengan layup Terry Porter yang membawa timnya ganti unggul 93-92 dengan 5:20 menit tersisa.
Setelah silih berganti mengambil keunggulan, pada 6.5 detik tersisa Mark Aguirre melanggar Porter. Terry Porter mengkonversinya menjadi dua lemparan bebas sehingga Blazers mendekati angka Pistons pada 110-109. Berikutnya, Gerald Henderson mencetak angka mudah untuk Pistons sekali lagi menjauh dari kejaran Blazers 112-109.
1.8 detik tersisa dengan Portland Trail Blazers menguasai bola. Dengan cepat mereka melempar bola ke Danny Young yang segera melakukan tembakan tiga angka dari jarak 35 kaki. Tembakan itu masuk dan pemain Blazers mengira berhasil menyamai skor Pistons. Wasit ternyata berpendapat lain, setelah berdiskusi wasit memutuskan bahwa tembakan Young sudah terlambat. Blazers pun harus mengakui tertinggal tiga lawan satu pertandingan.
Game 5
[sunting | sunting sumber]Sepanjang Game 5 tampaknya Portland akan berhasil memaksa putaran final ini berlanjut hingga Game 6. Akurasi tembakan Pistons buruk pada awal pertandingan meski unggul 26-22 pada kuarter pertama. Meskipun tetap unggul pada paro pertama 46-42, Pistons kemudian tertinggal oleh permainan Blazers di kuarter berikutnya 76-68.
Kuarter terakhir menjadi panggung Vinnie Johnson yang mencetak sembilan angka dan membawa Pistons kembali unggul 77-76. Blazers kembali menekan dan memimpin 90-83 pada 2:05 menit tersisa. Akan tetapi akibat Drexler dikeluarkan karena fouled out, Portland tidak berdaya meneruskan dominasinya. Pistons meraih gelar juara NBA setelah memenangkan Game 5 ini dengan skor 92-90. Isiah Thomas melengkapi raihan juara dengan gelar MVP Finals.