Lompat ke isi

Ternak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Hewan ternak)
Domba sebagai binatang ternak
Kambing dengan anaknya yang berusia satu minggu

Ternak adalah hewan yang dengan sengaja dipelihara oleh manusia sebagai sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Usaha pemeliharaan ternak disebut sebagai peternakan (atau perikanan, untuk kelompok hewan tertentu) dan merupakan bagian dari kegiatan pertanian secara umum.

Pengertian

[sunting | sunting sumber]

Ternak dapat berupa binatang apa pun (termasuk serangga dan vertebrata tingkat rendah seperti ikan dan katak). Namun, dalam percakapan sehari-hari orang biasanya merujuk kepada unggas dan mamalia domestik, seperti ayam, angsa, kalkun, atau itik untuk unggas, serta babi, sapi, kambing, domba, kuda, atau keledai untuk mamalia. Sebagai tambahan, di beberapa daerah di dunia juga dikenal hewan ternak yang khas seperti unta, llama, bison, burung unta, dan tikus belanda mungkin sengaja dipelihara sebagai ternak. Jenis ternak bervariasi di seluruh dunia dan tergantung pada sejumlah faktor seperti iklim, permintaan konsumen, daerah asal, budaya lokal, dan topografi.

Kelompok hewan selain unggas dan mamalia yang dipelihara manusia juga disebut (hewan) ternak, khususnya apabila dipelihara di tempat khusus dan tidak dibiarkan berkelana di alam terbuka. Penyebutan "ternak" biasanya dianggap "tepat" apabila hewan yang dipelihara sedikit banyak telah mengalami domestikasi, tidak sekadar diambil dari alam liar kemudian dipelihara. Dalam kelompok ini termasuk ngengat sutera, berbagai jenis ikan air tawar (seperti ikan mas, gurami, mujair, nila, atau lele), beberapa jenis katak (terutama bullfrog), buaya, dan beberapa jenis ular. Usaha pemeliharaan ikan umumnya disebut sebagai perikanan atau, lebih spesifik, budidaya ikan.

Hewan didomestikasikan ketika perkembangbiakan dan kehidupan mereka dikendalikan oleh manusia. Sepanjang waktu berlalu, perilaku hewan, siklus hidup serta fisiologinya telah berubah secara signifikan. Saat ini begitu banyak hewan ternak yang tidak mampu hidup di alam liar. Anjing didomestikasikan di Asia Timur 15000 tahun yang lalu. Kambing dan domba didomestikan di Asia 8000 tahun yang lalu. Babi didomestikasikan 7000 tahun yang lalu di Timur Tengah dan China.[1]

Praktik pemeliharaan

[sunting | sunting sumber]

Praktik pemeliharaan hewan ternak amat bervariasi di berbagai tempat di dunia, dan bervariasi pula antara jenis hewan. Hewan ternak umumnya dipelihara di dalam kandang dan diberi makan atau diberikan akses menuju makanan (digembalakan). Beberapa tidak mengkandangkan hewannya atau membiarkan hewan memilih kapan akan masuk kandang (jelajah bebas). Pemeiharaan hewan ternak dalam sejarah merupakah bagian dari kehidupan kaum nomaden yang berpindah-pindah mengikuti musim. Beberapa kaum di Asia Tengah dan Afrika Utara masih hidup sebagai kaum nomaden bersama hewan ternaknya.

Kandang hewan memiliki bentuk dan jenis yang bervariasi, mulai dari pagar tertutup tanpa atap, hingga bangunan bertingkat dengan atap dan memiliki mekanisme pengaturan temperatur dan kelembaban (lihat lingkungan dan bangunan pertanian). Kandang umumnya hanya digunakan sebagai tempat hewan ternak untuk tidur dan diberi makan; jenis kandang lain diperuntukan khusus untuk perkawinan hewan dan pemeliharaan anakan hewan.

Hewan yang dipelihara di dalam kandang umumnya bersifat intensif jika pemeliharaan di luar ruangan tidak dianggap menguntungkan karena membutuhkan lahan yang luas. Namun pemeliharaan di dalam kandang bersifa kontroversial karena menghasilkan berbagai masalah seperti bau, penanganan limbah, persebaran penyakit hewan, dan kesejahteraan hewan (lihat peternakan pabrik).

Hewan ternak dapat dipantau dengan berbagai cara seperti penggunaan label (dicat di atas kulit hewan atau digantung di telinga) atau dengan cara yang modern seperti penggunaan RFID yang ditanam di bawah kulit. Implan microchip juga dapat ditanam di dalam tubuh hewan ternak untuk memantau kondisi hewan seperti perubahan komposisi darah, denyut jantung, temperatur tubuh, dan sebagainya sehingga dapat menjadi pengingat jika hewan ternak menunjukan gejala sakit.

Penggunaan hormon pertumbuhan untuk meningkatkan laju pertumbuhan hewan ternak juga dilakukan, tetapi dibatasi karena dapat mengganggu kesehatan hewan dan kualitas produk hewan yang dihasilkan. Bahan kimia lain yang digunakan pada peternakan adalah vaksin dan multivitamin untuk menjaga kesehatan hewan, dan pestisida untuk mencegah keberadaan serangga di dalam kandang. Metode ini umumnya dilakukan di dalam peternakan pabrik karena secara alami hewan ternak tidak mampu membersihkan diri di dalam kandang yang sempit.

Hewan-hewan yang diternakkan

[sunting | sunting sumber]

Yang dimaksud dengan peternakan adalah kegiatan ternak yang lebih bersifat intensif atau terpola dengan terpadu. Teratur dan terukur mulai dari manajemen kandang dan manajemen pakan. Kandang dibuat dengan desain dan ukuran tertentu. Begitu pula pakan dengan nutrisi yang kadar gizinya terhitung sesuai dengan kebutuhan ternak. Pada umumnya yang diternakkan adalah ikan, unggas, dan ternak hewan ruminasia seperti kambing, sapi termasuk rusa. Lebih spesifik lagi adalah yang bernilai ekonomi, bukan hanya sebagai hewan peliharaan.

Hewan
(jenis)
Kerabat liar Waktu domestikasi pertama Wilayah domestikasi pertama Pemanfaatan saat ini Gambar
Alpaka
(mamalia, herbivora)
Vikuna Antara 5000 SM dan 4000 SM Andes wool, daging
Ayam

(unggas, omnivora)

Ayam hutan merah

Tidak diketahui

India dan Asia Tenggara daging, telur, bulu, hewan peliharaan
Babi
(mammalia, omnivora)
Babi hutan 7000 SM Anatolia daging, kulit, hewan peliharaan
Banteng
(mammalia, herbivora)
Banteng Tidak diketahui Asia Tenggara daging, susu, tenaga
Bebek ternak
(unggas, omnivora)
Anas platyrhnchos 4000 SM China daging, telur, bulu, hewan peliharaan
Bison Amerika
(mammalia, herbivora)
Tidak ada Akhir abad ke 19 Amerika utara daging, kulit
Cavia porcellus
(mammalia, herbivora)
Cavia tschudii 5000 SM Amerika Selatan Daging, hewan peliharaan
Domba
(mammalia, herbivora)
Domba mouflon Antara 11000 SM-9000 SM Asia Barat Wool, susu, kulit, daging (daging domba muda)
Kambing
(mammalia, herbivora)
Kambing liar 8000 SM Asia Barat Susu, daging, kulit, tenaga
Karibu
(mammalia, herbivora)
Tidak ada 3000 SM Rusia Daging, kulit, tanduk, susu, tenaga,
Keledai
(mammalia, herbivora)
Keledai liar Afrika 4000 SM Mesir tenaga, daging, susu
Kelinci
(mammalia, herbivora)
Kelinci liar Antara 400-900 masehi Prancis Daging, kulit, hewan peliharaan
Kerbau
(mammalia, herbivora)
Kerbau liar Asia 4000 SM Asia Selatan tenaga, daging, susu
Kuda
(mammalia, herbivora)
Kuda liar 4000 SM Eurasian tenaga, susu, daging
Llama
(mammalia, herbivora)
Guanaco 3500 SM Andes tenaga, daging, wool
Rusa
(mammalia, herbivora)
Tidak ada Abad ke-1 masehi Inggris Daging, kulit, tanduk, velvet
Sapi
(mammalia, herbivora)
Bos primigenius 6000 SM Asia Barat, India, Afrika Utara Daging, susu, kulit, tenaga hewan
Unta
(mammalia, herbivora)
Unta Dromedari and Baktrian Antara 4000 SM dan 1400 SM Asia tenaga, daging, susu, bulu
Yak
(mammalia, herbivora)
Tidak ada 2500 SM Tibet, Nepal Daging, susu, wool, tenaga

Pakan ternak

[sunting | sunting sumber]

Setiap hewan yang diternak diberi pakan yang kadarnya sudah terpolakan. Nutrisi yang diberikan menggunakan bahan alam yang di alah sedemikian rupa sehingga memiliki kualitas yang tinggi seperti pelet ikan, konsentrat, vour atao pur biasanya untuk unggas dan untuk hewan rumninasia seperti sapi, kambing menggunakan pakan fermentasi

Dampak lingkungan

[sunting | sunting sumber]

Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh PBB dan EPA mengemukakan bahwa hewan ternak (terutama ayam, sapi, dan babi) merupakan satu dari tiga kontributor utama masalah lingkungan di dunia.[2] Peternakan di Amerika Serikat telah menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 454.1 teragram ekuivalen CO2 atau 6 persen dari emisi gas rumah kaca total Amerika Serikat, hampir seperempat dari emisi transportasi. Laporan dari World Watch Institute mengemukakan bahwa 51% emisi gas rumah kaca dunia berasal dari peternakan.[3]

Masalah hewan ternak, terutama ketika dikaitkan dengan deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, degradasi lahan, perubahan iklim, polusi udara, kelangkaan air, dan polusi air merupakan masalah utama bagi pembuat kebijakan di berbagai negara penghasil hewan ternak utama. Sebuah penelitian di Hokkaido menemukan bahwa dengan memberikan suplemen sistein dan nitrat pada pakan ternak dapat mengurangi emisi gas metana dari hewan ternak tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas daging dan susu.[4]

Polutan lainnya adalah antibiotik dan hormon. Di Asia Selatan ditemukan bahwa burung pemakan bangkai akan menghindari bangkai hewan ternak yang telah disuntikan antibiotik Diclofenac.[5]

Deforestasi
Deforestasi dan fragmentasi hutan berdampak siklus karbon global dan menyebabkan hilangnya/terpencarnya habitat berbagai spesies. Hutan merupakan tempat penyimpanan karbon dunia yang cukup penting. Hutan ditebang atau dibakar untuk menyediakan tempat bagi peternakan dan penggembalaan hewan.[5]
Degradasi lahan
Sebuah penelitian yang dilakukan di Botswana pada tahun 2008 menemukan bahwa petani yang melakukan penumpukan hewan ternak berlebih untuk mengantisipasi musim kering justru lebih rentan terhadap keberlangsungan usaha peternakan sehingga justru menghabiskan biomassa dan sumber daya air lebih cepat. Akibat perubahan iklim, kini musim kering di Botswana datang lebih cepat dari yang biasanya hadir dua tahun sekali kini 18 bulan sekali atau lebih singkat dari itu.[6]
Perubahan iklim dan polusi udara
Metana yang dihasilkan dari kotoran hewan merupakan gas rumah kaca yang bersifat persisten di atmosfer. Gas metana merupakan salah satu gas rumah kaca paling banyak nomor dua di atmosfer setelah karbon dioksida, tetapi kemampuannya dalam memerangkap panas 25 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida.[7]
Kelangkaan air
Hewan ternak membutuhkan sejumlah besar air untuk konsumsi, sanitasi, juga untuk pembudidayaan tanaman yang akan dijadikan pakan. Di seluruh dunia, rata-rata 40% tanaman penghasil biji-bijian dijadikan pakan ternak. Secara keseluruhan, rata-rata dibutuhkan 100000 liter air untuk satu kilogram daging.[8]
Polusi air
Kotoran hewan yang terbilas dapat menyebabkan kandungan nitrogen dan fosfornya mencemari perairan[9] dan menyebabkan eutrofikasi.[10]
Alternatif
Para peneliti di Australia mencari kemungkinan pengurangan gas metana dari sapi dan domba dengan memasukkan bakteri pencernaan dari usus kangguru ke perut hewan ternak.[11] Di Amerika Serikat, mempertahankan padang rumput diketahui mampu menciptakan stok daging dari hasil perburuan hewan yang hidup di atasnya secara berkelanjutan.[12]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Breeds of Livestock – Oklahoma State University". Ansi.okstate.edu. Diakses tanggal 2011-12-10. 
  2. ^ "2011 U.S. Greenhouse Gas Inventory Report | Climate Change – Greenhouse Gas Emissions | U.S. EPA". Epa.gov. 2006-06-28. Diakses tanggal 2011-12-10. 
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-08. Diakses tanggal 2013-12-21. 
  4. ^ "Global warming breakthrough: way to stop cow gas – Unusual Tales – Specials". Smh.com.au. 2008-01-22. Diakses tanggal 2011-12-10. 
  5. ^ a b "Livestock's long shadow: environmental issues and options". Fao.org. Diakses tanggal 2011-12-10. 
  6. ^ "Sub-Saharan Africa news in brief: 10–22 April 2008". SciDev.Net. 2008-04-23. Diakses tanggal 2011-12-10. 
  7. ^ "Global Methane Initiative". en:Global Methane Initiative. 2010-10-01. Diakses tanggal 2011-12-10. 
  8. ^ "Cornell Science News: Livestock Production". News.cornell.edu. 1997-08-07. Diakses tanggal 2011-12-10. 
  9. ^ Pelletier Nathan and Peter Tyedmers (2011-01-17). "Forecasting Potential Global Environmental Costs of Livestock Production 2000–2050. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America 107.43 (2010): 18371-8374". Web of Science. 
  10. ^ Starme, Elanor (2011-02-05). "LEVELING THE FIELD – ISSUE BRIEF #2 Environmental and Health Problems in Livestock Production: Pollution in the Food System" (PDF). American Journal of Public Health 94.10: 1703-709. 
  11. ^ "Kangaroo farts could fight global warming | Courier Mail". News.com.au. 2007-12-05. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-03. Diakses tanggal 2011-12-10. 
  12. ^ Derner, Justin D., William K. Lauenroth, Paul Stapp, and David J. Augustine. "Livestock as Ecosystem Engineers for Grassland Bird Habitat in the Western Great Plains of North America." Rangeland Ecology & Management 62.2 (2009): 111-18. Web of Science. Web. Feb. 2011.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]