Jatayu
जटायू, | |
---|---|
Tokoh dalam mitologi Hindu | |
Nama | Jatayu |
Ejaan Dewanagari | जटायू, |
Ejaan IAST | Jatāyū |
Kitab referensi | Ramayana, Purana |
Golongan | burung |
Saudara | Sempati (sepupu) |
Jatayu (Dewanagari: जटायूः; IAST: Jatāyūḥ ) adalah tokoh protagonis dari wiracarita Ramayana, putra Aruna dan keponakan Garuda. Ia merupakan saudara Sempati. Ia adalah seekor burung yang melihat bagaimana Dewi Sinta diculik oleh Rawana. Ia berusaha melawan tetapi kalah bertarung dan akhirnya mati. Tetapi ketika belum mati dan masih sekarat masih bisa melaporkan kepada Sri Rama bahwa istrinya diculik.
Tempat Sri Rama menemukan Jatayu yang sedang sekarat dinamakan "Jatayumangalam", sekarang dikenal sebagai "Chadayamangalam", terletak di Distrik Kollam, Kerala. Batu besar di tempat tersebut dinamai "JatayuPara", diambil dari nama Jatayu. Tempat itu dimanfaatkan sebagai objek wisata.
Kisah
[sunting | sunting sumber]Pertolongan Jatayu
[sunting | sunting sumber]Ketika Dewi Sinta menjerit-jerit karena dibawa kabur oleh Rahwana, Jatayu yang sedang berada di dahan sebuah pohon mendengarnya. Ia melihat ke atas, dan tampak Rahwana terbang membawa Sinta, putri Prabu Janaka. Jatayu yang bersahabat dengan Raja Dasarata, merasa bertanggung jawab terhadap Sita yang merupakan istri Rama, putra sahabatnya (Dasarata). Dengan jiwa kesatria meluap-luap dan berada di pihak yang benar, Jatayu tidak gentar untuk melawan Rahwana. Ia menyerang Rahwana dengan segenap tenaganya. Namun Jatayu sudah renta. Ketika ia sedang berusaha menyelamatkan Sita dari Rahwana, sayapnya ditebas dengan pedang. Jatayu bernasib naas. Tubuhnya terjatuh ke tanah dan darahnya bercucuran.
Gugurnya Jatayu
[sunting | sunting sumber]Ketika Sang Rama dan Lakhmana sedang menelusuri hutan untuk mencari Dewi Sinta, tampak oleh mereka darah berceceran. Setelah dicari asalnya, mereka menemukan seekor burung tanpa sayap sedang sekarat. Burung tersebut mengaku bernama Jatayu, yang berusaha menolong Dewi Sita karena diculik Rahwana. Namun usahanya tidak berhasil sehingga Dewi Sita dibawa kabur ke Alengka. Melihat keadaan Sang Jatayu yang sekarat, Sang Rama memberi hormat untuk yang terakhir kalinya. Tak lama kemudian Jatayu menghembuskan napas terakhirnya.
Setelah Jatayu menghembuskan napas terakhirnya, Sang Rama bersabda:
Hé Jatayu mahā dibya, wênang dharaka ring hurip, sangka ryasih ta mamitra, bapangku kalulut têmên, tumuluy têka ring putra, ah ō dibyanta hé kaga. Sêdêng tat mahurip nguni, bapangku mahurip hidêp, ri pêjah ta kunêng mangke, menyak uwuh-uwuh. (Kakawin Ramayana)
Hai jatayu yang maha mulia, sungguh kuat dikau mempertahankan jiwa. Karena cinta kasihmu bersahabat terhadap ayahku lekat sekali, berkelanjutan sampai kepada aku, puteranya. Amatlah mulia wahai dikau burung perkasa. Tatkala engkau masih hidup tadi, ayahku kurasakan masih hidup, sekarang ketika engkau telah meninggal, sungguh bertambah sedih hatiku.
Setelah bersabda demikian, Sang Rama melakukan upacara pembakaran jenazah sederhana untuk Jatayu. Jenazahnya mendapat percikan tirtha oleh seorang yang "berjiwa suci" karena merupakan seorang titisan Wisnu.
Silsilah
[sunting | sunting sumber]Winata | Kasyapa | Kadru | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Syeni | Aruna | Garuda | Unati | Nāga | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sempati | Jatayu | Sumuka | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||