Orang Tionghoa di Italia
Komunitas orang Tionghoa di Italia telah bertumbuh pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Statistik resmi menunjukkan ada sekurang-kurangnya 320.794 warga Tionghoa di Italia, meskipun angka-angka ini tidak termasuk imigrasi ilegal, bekas warga negara Tionghok yang telah mendapatkan kewarganegaraan Italia, ataupun orang Italia keturunan Tionghoa.[1]
Demografi
[sunting | sunting sumber]Dalam sebuah analisis tahun 2010 yang dilaksanakan oleh CESNUR dan Universitas Turin terhadap 4.000 warga Tionghoa di Turin memperlihatkan bahwa saat itu 48% dari mereka adalah perempuan dan 30% anak-anak. Kebanakan orang Tionghoa di Italia, dan praktis seluruh komunitas di Turin, berasal dari provinsi tenggara Tiongkok, Zhejiang dan khususnya dari kota Wenzhou.[2] Komunitas di Turin lebih muda daripada permukiman Tionghoa manapun di Italia, dan karena alasan ini tergantung sebagai cabang dari komunitas di Milan.[2] Sekitar 70% dari orang Tionghoa di Turin bekerja di restoran, dan lebih dari 20% bekerja dalam aktivitas perdagangan.[3]
Kota Prato, di Tuscany, mempunyai konsentrasi terbesar orang Tionghoa di Italia, maupun di seluruh benua Eropa. Ini adalah komunitas Tionghoa kedua terbesar di selurh Italia, setelah Milan.[4]
Agama
[sunting | sunting sumber]Studi oleh CESNUR juga mengamati afiliasi keyakinan dan agama oang-orang Tionghoa di Turin. Ditemukan ahwa 31.6% dari mereka mengidentifikasikan diri sebagai Budhist,[5] meskipun analisis itu menyimpulkan bahwa hanya 13.7% yang memiliki "kesadaran identitas dan praktik Buddhis" sementara sisanya menganut agama rakyat Tionghoa yang memadukan unsur-unsur Buddhis.[5][5]
Secara keseluruhan sekitar seperempat komunitas Tionghoa digolongkan sebagai penganut agama Tionghoa.[5] Para peneliti tidak dapat memastikan identitas Taois; hanya 1.1% dari mereka yang diteliti mengidentifikasikan dirinya demikian, dan para analis lebih suka menganggap Taoisme sebagai "affluent" dari agama Tionghoa.[5] Survei ini menemukan bahwa 39.9% orang Tionghoa menganut identitas atheis sepenuhnya, tidak mempercayai agama atau tergolong dalam agama manapun, ataupun mempraktikkan kegiatan agama apapun.[5]
Kajian ini juga menganalisis komunitas Kristen Tionghoa, dan menemukan bahwa komunitas ini berjumlah 8% dari keseluruhan populasi (di antaranya 3.6% Katolik, 3.3% Protestan dan 1.1% Saksi Yehuwa). Komunitas Kristen kecil, tapi lebih besar daripada di provinsi asal mereka, khususnya untu Katolik dan Saksi Yehuwa karena yang terakhir dianggap sebagai agama ilegal di Tiongkok.[5] Protestan pada umumnya nondenominasional dan pada umumnya (70%) perempuan.[5]
Hubungan komunitas
[sunting | sunting sumber]Pada 2007, beberapa puluh pengunjuk rasa turun ke jalan di Milan karena merasa didiskriminasi.[6] Kota Italia di utara, Treviso, juga memerintahkan bisnis-bisnis milik orang Tionghoa menurunkan lentera-lentera mereka karena kelihatan "terlalu oriental".[7]
Kota-kota dengan komunitas Tionghoa yang signifikan
[sunting | sunting sumber]Berdasarkan statistik Demo Istat.
- Milan 18.918 (1.43% dari keseluruhan penduduk)
- Rome 12.013
- Prato 11.882 (6.32%)
- Turin 5.437
- Florence 3.890 (1.05%)
- Campi Bisenzio 3.018 (6.87%)
- Reggio Emilia 2.925 (1.72%)
- Bologna 2.654
- Naples 2.456
- Brescia 2.394 (1.23%)
- Venice 2.163
- Empoli 1.759 (3.67%)
- Genoa 1.637
- Forlì 1.607 (1.36%)
- Padua 1.571
- Fucecchio 1.502 (6.39%)
Tokoh terkemuka
[sunting | sunting sumber]Wenling Tan Monfardini pemain tenis meja 1972)
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ National Institute of Statistics (Italy): I cittadini non comunitari regolarmente soggiornanti.
- ^ a b Luigi Berzano, Carlo Genova, Massimo Introvigne, Roberta Ricucci, Pierluigi Zoccatelli.
- ^ Immigrazione Oggi: Torino: l’integrazione dei cinesi passa per le seconde generazioni. Diarsipkan 2011-07-22 di Wayback Machine.
- ^ Donadio, Rachel (2010-09-12), "Chinese Remake the 'Made in Italy' Fashion Label", New York Times, diakses tanggal 2011-05-04
- ^ a b c d e f g h Pierluigi Zoccatelli; Religione e religiosità fra i cinesi a Torino.
- ^ Willey, David (2007-04-13), "Milan police in Chinatown clash", BBC News, diakses tanggal 2008-04-22
- ^ "Oriental decor not allowed", Taipei Times, 2007-05-08, diakses tanggal 2008-04-22
Bacaan lebih lanjut
[sunting | sunting sumber]- Ceccagno, Antonella (September 2003), "New Chinese Migrants in Italy", International Migration, 41 (3): 187–213, doi:10.1111/1468-2435.00246 (Archive)
- Luigi Berzano, Carlo Genova, Massimo Introvigne, Roberta Ricucci, Pierluigi Zoccatelli. Cinesi a Torino: la crescita di un arcipelago. Il Mulino, 2010. ISBN 9788815137913.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- SPIEGEL Magazine Article about the Chinese in Prato September 7, 2006