Wayang arja
Wayang arja adalah sebuah wayang ciptaan baru yang diciptakan pada tahun 1975 oleh dalang I Made Sidja dari desa Bona, atas dorongan almarhum I Ketut Rindha. Permunculan wayang ini banyak dirangsang oleh kondisi kehidupan Dramatari Arja yang ketika itu memprihatinkan, didesak oleh Drama Gong. Walaupun masih tetap mempertahankan pola pertunjukan wayang tradisional Bali, Wayang Arja menampilkan lakon-lakon yang bersumber pada cerita Panji (Malat).
Dalam Wayang Arja, peran utama yang memegang pokok cerita adalah tentang kerajaan-kerajaan yang terbagi dalam sisi "kanan" dan "kiri". Kerajaan-kerajaan yang terangkum dalam sekutu "kanan" antara lain adalah seperti Daha, Koripan, Singasari, dan Gegelang, sementara pihak "kiri"-nya adalah Lasem Metaum, Pajang Mataram, Cemara, dan Pajarakan.[1]
Dalam wayang ini plot dramatik disusun hampir sama dengan yang terdapat di dalam Dramatari Arja. Oleh sebab itu pertunjukan Wayang Arja berkesan pagelaran Arja dalam bentuk Wayang Kulit. Pertunjukan Wayang Arja melibatkan sekitar 12 orang pemain yang terdiri dari:
- 1 orang dalang
- 2 orang pembantu dalang
- 9 orang penabuh Gamelan Gaguntangan yang berlaras pelog dan slendro.
Di antara lakon-lakon yang biasa ditampilkan antara lain adalah:
- Waringin Kencana
- Klimun Ilang Srepet Teka
- Pakang Raras
- Banda Kencana
Kekhasan pertunjukan Wayang Arja terasa pada seni suara vokalnya yang memakai tembang-tembang macapat yang biasa dipergunakan dalam pertunjukan Dramatari Arja. Juga, bentuk wayangnya menirukan tokoh-tokoh utama dalam Arja dengan segala atributnya. Wayang Arja kurang begitu populer di Bali, walaupun dalang yang biasa membawakan wayang ini terdapat hampir di seluruh Bali.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Inggris) "Survival and Change: Wayang Arja Shadow Theatre" Diarsipkan 2012-06-01 di Wayback Machine.
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ [https://web.archive.org/web/20030928121046/http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/3/23/g2.html Diarsipkan 2003-09-28 di Wayback Machine. "Dalang Made Sija dan Wayang Arja", Bali Post]